Thursday, March 19, 2009

Puisi "Surat Dari ibu"

Surat dari Ibu

Anakku
Saat kau memohon restu menuju garis depan maka
Sesungguhnya aku sadar bahwa kau bukan lagi milik ibu mu

Mungkinkah aku melupakan itu
Tubuhmu yang kecil, berlari sambil mendekap merah putih
Lalu, lagu Indonesia Raya berkumandang serupa isak tangis

Akhirnya ketakutanku itu menjelma nyata
Perang ini membuatmu dewasa sebelum waktunya
Dan perlahan ia merenggut mu dari pangkuan ku
Pelan membawamu pada jelaga waktu
anakku tak ada yang bisa kuberikan selain
Pekik merdeka, sekuntum bunga jagung
Dan duka daun jati

Aku tak pernah menyesal
Meski perang ini merenggut
Satu demi satu orang terkasihku
Sungguh Aku tiada menyesal anakku
Meski disini aku harus menyulam kepedihan
Sembari mematri kesunyian 100 tahun

Anakku aku tahu kau masih sangat muda
Pun aku tahu peluru itu pedih dan bayonet itu perih
Namun negeri ini meminta jiwamu
Sebab kemerdekaan harus direbut dan kebenaran harus diperangkan

Kini dikaca jendela tua gubuk kita
Sesekali aku melongok keluar
Sekadar memastikan kabar dari burung-burung nazar
Kalau-kalau kepak sayap sang malaikat
Telah menerbangkanmu dalam damai

Anakku
Jika akhirnya kau tiba pada kesunyian yang panjang itu
Sampaikan salamku buat ayahmu

Anakku
Satu-satunya kesedihanku adalah ketika aku memandangmu
Dan kau tak lagi bisa memandangku
Namun ijinkan aku untuk berbangga ....


M.Ikhsan Ridwan

Read more.... Read more...

Tuesday, March 17, 2009

Esai

Tarakan Gelap,Uuuu….. Takuut!

Bila kita di berikan pilihan, mau terang atau gelap, maka semua pasti akan memilih terang tidak terkecuali dengan anak bayi yang masih menyusu pada ibunya yang mungkin ia akan tunjukkan dengan tangisan ketika lampu dirumahnya tiba-tiba padam, hal ini disebabkan karena keadaan yang terang pasti lebih baik daripada dalam keadaan gelap, sulit membayangkan betapa ngerinya bila seandainya kota Tarakan gelap gulita di malam hari, bukan ngeri karena banyaknya hantu yang akan gentayangan, yang pasti kita tidak bisa berbuat apa-apa, mungkin ini hikmah yang terkandung dalam kitab suci Alquran yang secara garis besar bermakna bahwa Tuhan menciptakan siang untuk mencari rezeki dan malam untuk beristirahat.

Kondisi yang terang sangat berhubungan dengan kelistrikan karena kondisi terang bukan hanya di butuhkan pada siang hari namun juga di malam hari, begitu juga listrik, tidak hanya dibutuhkannya pada malam hari tapi juga di siang hari, kita pasti merasa ngeri bila ketersediaan listrik tidak cukup lagi untuk di nikmati. listrik adalah sebuah kebutuhan dasar pada zaman kekinian, kita tidak perlu membayangkan dampak yang terlalu jauh seperti dampak pada laju perekonomian yang pasti akan lumpuh. karena ketersediaan listrik merupakan salah satu pemacu atau motor penggerak laju perekonomian, tetapi dampak lain yang akan menjadi pemandangan kita setiap hari misalnya saja kita akan menyaksikan pak polisi di sibukkan mengatur lalu lintas karena traffic light tidak bisa berfungsi, para ibu-ibu rumah tangga yang menggunakan mesin cuci akan ceramah alias mengomel setiap hari karena harus mencuci secara manual, anak-anak sekolah tidak lagi bisa belajar maksimal karena hanya menggunakan lampu minyak atau lampu teplok yang tentunya berimbas pada mutu pendidikan yang rendah, terlebih lagi kekacauan pelayanan akan terjadi dipemerintahan sebagai regulator dalam menjalankan pemerintahan yang ujung-ujungnya masyarakat itu sendiri yang akan menjadi korban.
Seiring dengan lajunya pembangunan di berbagai sektor baik pada bidang industry maupun rumah tangga maka tentu mempengaruhi kebutuhan akan penggunaan listrik, sehingga mau tidak mau pemerintah selaku aparatur Negara harus mampu dan bertanggung jawab untuk menyediakan ketersediaan listrik yang menjadi kebutuhan masyarakatnya. Berdasarkan kondisi listrik di tarakan bahwa daya cadangan listrik saat ini hanya tersisa 2,2 MW sementara perkiraan kebutuhan listrik pada tahun 2008 di butuhkan penambahan daya 7,4 MW sehingga mengalami minus 5,2 MW, hal ini menjadi pekerjaan rumah pemerintah kota untuk mencari jalan keluar yang salah satunya adalah dengan melakukan explorasi batu bara sebagai bahan pembangkit PLTU nantinya.
Rencana explorasi batu bara di Tarakan baru saja direncanakan, namun berbagai elemen masyarakat sudah mulai berkomentar tentang penolakan tersebut , ada juga yang rela turun ke jalan untuk menolak. sungguh mungin sangat ironis menolak sesuatu tanpa adanya bukti-bukti autentik tentang dampak yang akan di timbulkan, atau hanya berdasar pada kemungkinan-kemungkinan yang timbul di otak kita yang penuh dengan keterbatasan utamanya keterbasan pengetahuan tentang ilmu pertambangan, tetapi apapun bentuk protes dari masyarakat mesti harus dihargai sebagai bentuk kepedulian dan kecintaan mereka pada kota Paguntaka ini.
Menyikapi persoalan-persoalan tersebut pemerintah kota Tarakan melakukan langkah sosialisasi ke berbagai elemen masyarakat tentang rencana eksplorasi batu bara yang nantinya akan digunakan sebagai bahan pembangkit listrik dengan tujuan untuk menjamin ketersediaan listrik pada masa yang akan datang di kota Tarakan, kegiatan sosialisasi tersebut seyogyanya seluruh kalangan masyarakat patut memberikan apresiasi yang tinggi dan applause tentang langkah yang di ambil pemerintah kota yang menjadikan masyarakat adalah hakim tertinggi dalam mengambil keputusan atau kebijakan-kebijakan yang berhubungan langsung dengan kepentingan publik dan langkah pemerintah tersebut merupakan sebuah cermin pemerintahan yang demokratis sehingga patut di contoh oleh daerah lain, dengan pemikiran yang objektif sepatutnya kita mestinya berdiri di belakang pemerintah untuk memberikan dukungan penuh demi kemaslahatan masyarakat kota Tarakan, namun dari sosialisasi tersebut pemerintah juga sekiranya dapat memberikan jaminan dan pertimbangan yang proporsional dan berimbang tentang dampak positif dan negatif yang kemungkinan akan di timbulkan bila coal exploration di Tarakan itu jadi dilaksanakan, sehingga apapun yang nantinya yang terjadi dapat diantisipasi sedini mungkin oleh segala pihak dan akan menjadi tanggung jawab bersama, dalam hal ini pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan.



Penulis
Ahmad Fardi
Teater Perbatasan

Read more.... Read more...

Thursday, February 26, 2009

Puisi "Obituary"

Obituary Sang Pejuang

Dari liang lahad adakah kalian mendengar jerit kami
Dalam kesiur angin senja, juga rinai hujan yang dingin
Adakah kalian paham.....
Disini kami menahan dingin memeluk luka sembari meratap
Meratap pada negeri yang membuat kami mati muda

Aku masih mengenang hari itu
Pada sebuah pagi buta sekompi pasukan musuh menyergap kami
Kami melawan dan karena itu kami mati


Sungguh kami tak pernah menyesal
Meski aku harus rela berpisah dengannya
Gadis itu, dengan mata yang hitam bagai arang dan teduh serupa telaga
Sebab kami paham bahwa demi selembar merah putih
Maka di negeri ini Ketika seorang lelaki telah merasa dirinya sebagai lelaki maka dia bukan lagi milik ibunya

Dari liang lahat adakah kalian mendengar ratapan kami
Meratap pada negeri yang dulu kami bela dan karena itu kami mati muda
Meratap pada hingarnya kapitalisme
Juga keluh kemiskinan yang berkibar serupa bendera

Dimanakah kalian ketika ratap dan tangis kelaparan itu menggema serupa dentum meriam di Ambarawa
Lalu apa pula artinya kalian berkata
Mari kita meneruskan perjuangan pendahulu kita dengan
Membangun negeri

Ah .... kalian membuat luka ku makin perih dan tangisku makin deras

Aku ingat hari itu, sekompi pasukan musuh menyergap kami
Kami melawan dan karena itu kami mati muda
Kini di nisan kami yang tertinggal hanya kesunyian tanpa efitaf
Hanya penjaga kubur itu yang sudi mengunjungi kami

Oh Malam dan bar-bar itu
Membuat obituary ini kian panjang ....


M.Ikhsan Ridwan

Read more.... Read more...

Friday, February 13, 2009

Esai

GARA-GARA SERING BERBOHONG, DIKUBUR HIDUP-HIDUP

Tidak perlu kaget, apalgi merasa kasihan membaca judul tulisan ini, karena itu hanyalah sekedar penggalan cerita yang sempat saya baca di sebuah warung yang cukup unik tempat saya singgah minum kopi dan kebetulan menyediakan buku-buku bacaan yang disediakan untuk pengunjung, sambil memesan segelas kopi dan satu porsi roti bakar untuk mengisi perut yang lagi keroncongan , ujung mata saya tiba-tiba tertuju pada sebuah buku yang menyolok bergabar kalikatur bersampul warna kuning yang berjudul DPR UNCENSORED, setelah membolak balik halaman demi halaman dan membaca isinya, saya sedikit tergelitik dengan sebuah cerita yang mungkin bisa dikategorikan anekdot ataupun cerita konyol, yang jelas sebuah cerita bisa muncul mungkin bisa berdasarkan apa yang di rasakan ataupun kenyataan yang ada dilingkungan manusia.



Singkatnya ” Ada Rombongan Anggota Parlemen tewas karena bus yang di tumpangi menabrak pohon seorang petani, kemudian sang petani yang baik hati itu mengubur semua anggota parlemen itu, karena para korban katanya adalah orang-orang terhormat maka keesokan harinya Polisi mendatangi sang petani menanyakan perihal kecelakaan tersebut, lalu sang petani menceritakan bahwa ia telah mengubur semua anggota parlemen itu, meski sebenarnya diantara korban itu ada yang mengaku bahwa ia masih hidup, lantas Polisi bertanya, kenapa bapak menguburnya bukankah ia belum meninggal , sang petani dengan polos menjawab saya menguburnya karna saya kira ia berbohong bahwa ia masih hidup. kenapa bapak mengira seperi itu, pak polisi menanyai kembali, kemudian petani itu menjawab dengan muka kepolosannya, kan memang orang-orang seperti mereka sering berbohong pak, jadi saya kira ia bohong, makanya saya menguburnya juga.”
Petani pada lakon cerita merupakan representasi dari kalangan masyarakat bawah sedangkan anggota parlemen merupakan representasi dari kaum politisi atau elit politik, dalam benak saya begitu rendahkah nilai seorang politisi di mata petani itu, bukankah mereka memiliki pekerjaan mulia untuk mensejahterakan rakyat, Astagafirullah, jangan sampai saya juga beruhdsudzon alias berperasangka buruk seperti petani itu, meski mungkin sebagian seperti itu adanya, cetusku dalam hati. Yang pasti saya tidak mau seperti anggota parlemen yang di kubur hidup-hidup karena keseringan berbohong pada rakyat, anda juga pasti tidak mau bukan ?.
Pemilu tahun 1999 yang lalu diharapkan menjadi momentum demokratisasi dan awal terbentuknya kondisi sosial, politik dan ekonomi yang lebih baik, ternyata belum mampu berfungsi sebagaimana mestinya , pemilu yang baru pertama kalinya di ikuti oleh puluhan partai politik, melahirkan berbagai cerita dan makna yang beragam, boleh dikatakan hanya melahirkan politisi-politisi dadakan yang cukup banyak jumlahnya.
Menjadi Politisi memiliki magnet yang sangat besar, hal ini dapat terlihat dari banyaknya partai baru yang bermunculan apatahlagi dengan gambar-gambar calon legislatif yang terpampang disetiap sudut-sudut kota dengan berbagai slogan untuk mencuri hati rakyat. Semoga Pemilu 2009 mendatang tidak melahirkan politisi dadakan sperti pemilu-pemilu sebelumnya.
Dalam bahasa Latin “Poli” artinya Banyak, “tics” berarti serangga penghisap darah, serangga jenis ini sangatlah berbahaya karena hanya bisa meminum darah manusia dan menularkan penyakit akut dalam tatanan bernegara utamanya penyakit Kolusi, Korupsi dan Nepotisme, namun makna yang negatif ini tentu saja tidak sepenuhnya menggambarkan sosok politisi. Politisi sesungguhnya merupakan pekerjaan yang sangat mulia yaitu bekerja demi kepentingan ataupun kesejahteraan rakyat. Merekalah orang-orang yang berjuang lewat partai-partai memenangkan pemilu demi mengejar cita-cita masing masing lewat berbagai lembaga, termasuk parlemen atau legislatif.
Parlemen ataupun legislatif merupakan keterwakilan dari kehendak rakyat, anggota parlemen atau legislatif di pilih oleh rakyat, bekerja untuk rakyat dan bertanggung jawab kepada rakyat, namun terkadang demokrasi itu total terhenti, ketika aspirasi rakyat disalurkan lewat parlemen atau legislatif, sehingga rakyat tidak lagi bisa berharap banyak terhadap parlemen ketika politisi-politisi pilihannya sudah mengenakan kekuasaannya. tidaklah mengherankan jika terkadang keputusan harus dipaksakan melalui turun di jalan atau demonstrasi, tapi yang pasti Negara ini tidak membutuhkan polytikus namun membutuhkan politisi sejati .yang mementingkan kesejahteraan masyarakat secara umum diatas kepentingan golongan, semoga…….


penulis

achmad fardi
Teater Perbatasan

Read more.... Read more...

Lorem Ipsum

Lorem Ipsum

  © Teater Perbatasan ProBlogger Template by Fandy"Perbatasan" 2008

Back to TOP