Puisi "Obituary"
Obituary Sang Pejuang
Dari liang lahad adakah kalian mendengar jerit kami
Dalam kesiur angin senja, juga rinai hujan yang dingin
Adakah kalian paham.....
Disini kami menahan dingin memeluk luka sembari meratap
Meratap pada negeri yang membuat kami mati muda
Aku masih mengenang hari itu
Pada sebuah pagi buta sekompi pasukan musuh menyergap kami
Kami melawan dan karena itu kami mati
Sungguh kami tak pernah menyesal
Meski aku harus rela berpisah dengannya
Gadis itu, dengan mata yang hitam bagai arang dan teduh serupa telaga
Sebab kami paham bahwa demi selembar merah putih
Maka di negeri ini Ketika seorang lelaki telah merasa dirinya sebagai lelaki maka dia bukan lagi milik ibunya
Dari liang lahat adakah kalian mendengar ratapan kami
Meratap pada negeri yang dulu kami bela dan karena itu kami mati muda
Meratap pada hingarnya kapitalisme
Juga keluh kemiskinan yang berkibar serupa bendera
Dimanakah kalian ketika ratap dan tangis kelaparan itu menggema serupa dentum meriam di Ambarawa
Lalu apa pula artinya kalian berkata
Mari kita meneruskan perjuangan pendahulu kita dengan
Membangun negeri
Ah .... kalian membuat luka ku makin perih dan tangisku makin deras
Aku ingat hari itu, sekompi pasukan musuh menyergap kami
Kami melawan dan karena itu kami mati muda
Kini di nisan kami yang tertinggal hanya kesunyian tanpa efitaf
Hanya penjaga kubur itu yang sudi mengunjungi kami
Oh Malam dan bar-bar itu
Membuat obituary ini kian panjang ....
M.Ikhsan Ridwan
0 comments:
Post a Comment