Thursday, February 26, 2009

Puisi "Obituary"

Obituary Sang Pejuang

Dari liang lahad adakah kalian mendengar jerit kami
Dalam kesiur angin senja, juga rinai hujan yang dingin
Adakah kalian paham.....
Disini kami menahan dingin memeluk luka sembari meratap
Meratap pada negeri yang membuat kami mati muda

Aku masih mengenang hari itu
Pada sebuah pagi buta sekompi pasukan musuh menyergap kami
Kami melawan dan karena itu kami mati


Sungguh kami tak pernah menyesal
Meski aku harus rela berpisah dengannya
Gadis itu, dengan mata yang hitam bagai arang dan teduh serupa telaga
Sebab kami paham bahwa demi selembar merah putih
Maka di negeri ini Ketika seorang lelaki telah merasa dirinya sebagai lelaki maka dia bukan lagi milik ibunya

Dari liang lahat adakah kalian mendengar ratapan kami
Meratap pada negeri yang dulu kami bela dan karena itu kami mati muda
Meratap pada hingarnya kapitalisme
Juga keluh kemiskinan yang berkibar serupa bendera

Dimanakah kalian ketika ratap dan tangis kelaparan itu menggema serupa dentum meriam di Ambarawa
Lalu apa pula artinya kalian berkata
Mari kita meneruskan perjuangan pendahulu kita dengan
Membangun negeri

Ah .... kalian membuat luka ku makin perih dan tangisku makin deras

Aku ingat hari itu, sekompi pasukan musuh menyergap kami
Kami melawan dan karena itu kami mati muda
Kini di nisan kami yang tertinggal hanya kesunyian tanpa efitaf
Hanya penjaga kubur itu yang sudi mengunjungi kami

Oh Malam dan bar-bar itu
Membuat obituary ini kian panjang ....


M.Ikhsan Ridwan

0 comments:

Lorem Ipsum

Lorem Ipsum

  © Teater Perbatasan ProBlogger Template by Fandy"Perbatasan" 2008

Back to TOP